mediaedukasianda,- Bagi sebagian masyarakat,
smartphone dengan layanan internet hampir selalu berada dalam genggaman, karena
memberi kemudahan bagi banyak orang untuk dapat mengakses informasi bahkan
hiburan. Meski demikian, penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan dapat
membawa penggunanya pada ketergantungan atau kecanduan.
Praktisi kesehatan jiwa dari Universitas Atma Jaya,
dr. Eva Suryani, SpKJ menyatakan bahwa tidak dipungkiri bahwa saat ini,
gadget atau gawai digunakan di mana-mana
dan oleh segala usia. Berbagai fitur pada smartphone dimanfaatkan tidak hanya
untuk mendukung pekerjaan orang dewasa, namun banyak juga (orang tua) yang
menggunakan gawai seperti baby sitter untuk menenangkan bayi dan Balita.
''Semakin terpapar pada saat usia yang semakin
dini, maka kerentanan (ketergantungan) terhadap gadget dan internet itu akan
semakin besar,'' ujarnya dr. Eva kepada Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat Kemenkes RI saat dijumpai di Departemen Psikiatri FKUI-RSCM Jakarta,
Selasa petang (3/7).
Ditekankan dr. Eva, bahwa otak anak itu belum
berkembang secara sempurna. Bayi, Balita, Anak dan Remaja belum dapat
membedakan mana hal yang benar dan salah, serta hal yang boleh dilakukan atau
tidak.
''Mereka bahkan belum mengerti apa itu definisi
membatasi. Karena itu, potensi munculnya perilaku impulsive menjadi tinggi.''
imbuhnya.
Definisi Adiksi
Adiksi atau ketergantungan/kecanduan merupakan
sebuah pola perilaku yang menekan untuk dilakukan (atau digunakan) secara terus
menerus meskipun terdapat konsekuensi negatif (berat) baik fisik, sosial,
spiritual, mental dan ekonomi.
''Ada yang menyebut adiksi ini sebagai brain
disease karena memang ada gangguan di bagian otak seseorang sehingga sulit
mengendalikan perilakunya,'' tutur dr. Kristiana Siste, SpKJ(K) dari Departemen
Psikiatri Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada kesempatan yang sama.
Menurut dr. Siste, seseorang yang mengalami adiksi,
struktur dan fungsi otaknya berubah, terutama bagian pusat kognitif, yang disebut
pre-frontal cortex. Gangguan pada bagian otak tersebut mengakibatkan orang yang
mengalami suatu ketergantungan atau kecanduan kehilangan beberapa kemampuan
otaknya, antara lain fungsi atensi (memusatkan perhatian terhadap sesuatu hal),
fungsi eksekutif (merencanakan dan melakukan tindakan) dan fungsi inhibisi
(kemampuan untuk membatasi).
Rekomendasi
Pada kesempatan tersebut, dr. Siste menegaskan pola
orang tua dalam menggunakan gawai terutama di hadapan anak-anak akan menjadi
contoh bagi mereka dan tanpa sadar membentuk pola pikir mereka.
Karena itu, penting bagi para orang tua untuk
memperhatikan beberapa rekomendasi dalam menggunakan gawai tersebut, antara
lain:
Bayi 0- 6 bulan sebaiknya tidak diperkenalkan
smartphone. Bayi usia antara 1-2 tahun boleh diperkenalkan namun tidak boleh
lebih dari 1 jam per hari. Anak sampai dengan usia 6 tahun boleh menggunakan
gadget namun harus selalu diawasi orang tua, sementara anak usia > 6 tahun
boleh menggunakan hanya untuk program-program yang aman untuk usianya, serta
penggunaan gadget tidak lebih dari 3 jam per hari.
Berita ini dilansir dari depkes.go.id disiarkan oleh Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi
lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620,
faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. (myg)
0 komentar:
Post a Comment