Arti Penting Pemanfaatan Media bagi Pembelajaran di
Indonesia
Belajar tidak selamanya bersentuhan dengan hal-hal
yang kongkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya
belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan
berada di balik realitasnya. Karena itu media memiliki andil untuk menjelaskan
hal - hal yang abstrak dan menunjukan hal - hal yang tersembunyi. Ketidak
jelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Bahkan dalam hal - hal tertentu media dapat mewakili kekurangan
guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Namun perlu diingat bahwa
peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan dengan
esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu tujuan pengajaran
harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala
diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai
penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Sebagai pentingnya peran media dalam pengajaran,
namun tetap tidak bisa menggeser peran guru, karena media hanya berup alat
bantu yang memfasilitasi guru dalam pengajaran. Oleh karena itu guru tidak
dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar dan pendidik untuk
tampil di hadapan anak didik dengan seluruh kepribadiannya.
Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor
yang mempengaruhi tercapainaya tujuan pembelajaran diantaranya pendidik,
peserta didik, lingkungan, metode/teknik serta media pembelajaran. Pada
kenyataannnya, apa yang terjadi dalam pembelajaran seringkali terjadi proses
pengajaran berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak waktu, tenaga dan
biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai
bahkan terjadi noises dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal tersebut
diatas masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini.
Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan
dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media
pembelajaran. Dengan tersedianya media pembelajaran, guru pendidik dapat
menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan
dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang
sehat diantara peserta didik. Bahkan alat/media pembelajaran ini selanjutnya
dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang
abstrak dan asing (remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh
peserta didik. Bila alat/media pembelajaran ini dapat di fungsikan secara tepat
dan proforsional, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan efektif.
Begitu juga di indonesia seiring perkembangan zaman
dan perkembangan Indonesia untuk menyaingi pesetnya perkembangan di dunia maju.
Di butuhkan pemanfaatan media secara optimal di dukung tenaga kerja yang handal
untuk mengimbangi deresnya moderisasi.
Pendidikan di Indonesia
Dalam setiap olimpiade pendidikan internasional,
delegasi pelajar Indonesia selalu dapat meraih sebuah medali untuk dibawa
pulang. Hal tersebut menandakan bahwa dalam ajang tersebut Indonesia tidak
pernah lebih rendah dari peringkat 30 dunia. Namun tahukah Anda, dengan
tingginya prestasi tersebut, pendidikan Indonesia hanya berada di peringkat 187
dunia? Hal ini tentu menunjukkan sebuah ketimpangan. Padahal dalam tinjauan
perannya, menurut Profesor Canedy, sebuah pendidikan di suatu negara adalah
sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan dan memajukan peradaban bangsa
dalam jangka yang berkesinambungan. Untuk itulah saya di sini hendak
menyampaikan sebuah pembahasan Kedudukan dan Peluang Pendidikan Indonesia dalam
Tarik Ulur Peradaban Bangsa-Bangsa di Dunia.
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA)
Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education
yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin
(1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index
(EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia
di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai
0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah
0,80.
Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman
perolehan empat kategori penilaian, yaitu:
·
Angka partisipasi pendidikan dasar,
·
Angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas,
·
Angka partisipasi menurut kesetaraan jender,
·
Angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah
dasar (SD).
Di tingkat Asia Saat ini Indonesia masih tertinggal
dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk
kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu
Asia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori
kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia.Meskipun demikian posisi
Indonesia saat ini masih jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102),
India (107), dan Laos (109).
Dalam Republika Online di babarakan 7 faktor yang
membuat Mutu Pendidikan di Indonesia masih saja tergolong randah yakni ;
1. Pembelajaran yang hanya pada buku paket
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari
KBK menjadi KTSP. Hampir setiap mentri mengganti kurikulum lama dengan
kurikulum baru. Namu adakah perubahan yang terjadi di pendidikan di Indonesia ?
tidak, karena sejak dulu sampai sekarang masih menggunakan kurikulum buku
paket. Sejak era 60-70an, pembelajaran di sekolah tidak jauh dari sebelumnya.
Apa pun kurikulumnya guru hanya mengenal buku paket menjadi acuan dan guru
todak mencari referensi lain.
2. Mengaajar satu arah
Metode yang menjadi favorit guru hanya satu, yaitu
metode ceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah ringan dan tanpa modal
dan tanpa persiapan yang rumit. Metode ceramah itu yang paling banyak di
lakukan guru dan itulah metode yang paling banyak di kuasai oleh para
Guru-guru. Pernakah guru mengajak anak keliling sekolah untuk belajar ?
pernakah guru mengajak ssiswanya melakukan percobaan alam di lingkungan sekitar
? atau guru pernah membawa ilmuan langsung detang ke kelas untuk menjalankan
profesinya ?
3. Kurangnya sarana belajar
Sebenaranya, perhatian pemerintah ini sudah cukup,
namun masih kurang cukup. Masih banyak saran belajar di sekolah terutama di
dearah, tertinggal jauh terutama dengan daerah perkotaan.
4. Aturan yang mengikat
Ini tentang Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan
(KTSP). Skolah harus memeliki kurikulum tersendiri sesuai dengan karektristiknya.
5. Guru tidak menanamkan diskusi dua arah
Lihat pembelajaran di ruang kelas. Seperti sudah
diseragamkan. Anak-anak duduk rapi tangan dilipat dimeja, mendengar guru
mengajar. Seolah anak-anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak
pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapakan full day. Anak di
ajarkan menyimak dan mendengar penjelasan guru dan kompetensi bertanya tidak
tersentu. Anak-anak di ajarkan sejak TK diam saat guru menerangkan,untuk
mendengarkan guru. Akibatnya siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak di
biasakan bertanya, akibatnya anak tidak berani bertanya. Selesai mengajar,guru
meminta anak bertanya. Heninglah suasana kelas dan yang biasa bertanya anak itu
itu saja.
6. Metode pertanyaan terbuka tidak di pakai
Contoh negara menggunakan pertanyaan terbuka adalah
Finlandia ( Negara dengan mutu Pendidikan no.1 Dunia ). Dalam setiap ujian
siswa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru di Indonesia masih belum
siap untuk ini karna masih kesulitan menciptakan pertanyaan terbuka.
7. Budaya mencontek
Siswa mencontek itu biasa terjadi. Tapi apa kita
tahu kalau “guru juga menyontek” ? ini lebih parah, lihat pada tes-tes yang di
ikuti guru, tes pegawai negri yang di ikuti guru. Menyontek menjadi Budaya
tersendiri.
Untu adalah sekelimit masalah yang di hadapi di
dunia pendidikan di Indonesi, tapi apa hubungan hal tersebutdengan makalah kali
ini, disini saya akan membahas pada poin 3 yakni sarana belajar yang melibatkan
media-media belajar untuk dapat mengejar dan memperbaiki mutu pendidikan di
Negeri ini.
Kesiapan Indonesia dengan tuntutan perkembangan
zaman
Di ulasan sebelumnya sedikit di ceritakan bagai
mana gambaran pendidikan di Indonesia ini. Sesuai dengan judul makah yakni “pentingnya media pembelajaran di indonesia”
penjaban hal di atas hanya salah satu pentingnya media belajar untuk mendukung
kekurangan yang terjadi di Indonesia terutama ketimpangan yang terjadi di
pendidikan Kota-dearah dalam bentuk saran belajar. Tapi bukan itu saja banyak
arti penting Media pembelajaran yang di gunakan terutama manyangkut kwalitas
hasil pendidikan di indonesia.
Di era Moderan dan Globalisasi saat ini teknologi
berperan penting bagi kehidupan hal yang tak dapat di pungkiri dan tak bisa di
hindari. Oleh itu sekolah merupakan salah satu tempat pengenal teknologi via
media pembelajaran dan pembelajaran teknologi (TIK) agar siswa tidak buta
teknologi.
Kita tengok terlebih dahulu pemanfaatan teknologi
di laur negri seperti di negara tetangga , Australia, seperti pemberian
kesempatan pendidkan di derah jauh yang sulit terjangkau dengan bekerja sama
The Australian Broadcesting Commision (ABC) sebagai pemberi sarana pendidikan
jarak kau. Begitu juga di Cina dengan Program UTC-nya ( Universitas Televisi
Cina ). Hal ini mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan pendidkan di wilaya
mereka yang luas dan sulit ter jangkau untuk pemerataan pendidikan. Hal itu
yang juga harus di pelajari Indonesia yang mempunya Latar Geografis yang sama.
Sehingga tetjadi ketimpangan Pendidikan dan juga sebai kebutuhan perubahan
Zaman yang terus berkembang pesat.
Alasan nilai kepentingan Penggunaan media pada
proses pendidikan
Belajar tidak selamanya bersentuhan dengan hal -
hal yang kongkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya
belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan
berada di balik realitasnya. Karena itu media memiliki andil untuk menjelaskan
hal - hal yang abstrak dan menunjukan hal - hal yang tersembunyi. Ketidak
jelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Bahkan dalam hal - hal tertentu media dapat mewakili
kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Namun perlu diingat
bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan
dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu tujuan pengajaran
harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala
diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai
penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Sebagai pentingnya peran media dalam pengajaran,
namun tetap tidak bisa menggeser peran guru, karena media hanya berup alat
bantu yang memfasilitasi guru dalam pengajaran. Oleh karena itu guru tidak
dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar dan pendidik untuk
tampil di hadapan anak didik denganseluruh kepribadiannya.
Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut
Nana Sudjana ( 1991 ) yakni: :
1. Penggunaan media dalam proses mengajar bukan
merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian
yangintegral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media
pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
3. Media dalam pengajaran penggunaannya bersifat
integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
4. Penggunaan media bukan semata - mata sebagai
alat huburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya
lebih menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan media dalam proses pembelajaran lebih
diutamakan untuk mempercepat proses belajar dan membantu siswa dalam menagkap
pengertian yang diberikan guru.
6. Pengguna media dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Lebih detil lagi penggunaan media dalam proses
pembelajaran adalah:
1.
Menarik perhatian siswa.
2.
Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.
3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak
bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan ).
4.
Mengatasi keterbatasan ruang.
5.
Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.
6. Waktu
pembelajaran lebih dikondisikan.
7.
Menghilangakn kebosanan siswa dalam belajar.
8.
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan
gairah belajar.
9.
Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.
10.
Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Berawal dari penjelasan di atas bahwa guru sangat
diharapkan memahami terhadap media semakin jelas, sehingga dapat memanfatkan
media secara tepat. Oleh karena itu, guru perlu menentukan media secara
terencana, sistematis dan sistemik ( sesuai dengan sistem belajar mengajar ).
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) ciri
media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
· Fiksatif (fixative property) Media pembelajaran
mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi
suatu peristiwa/objek.
· Manipulatif (manipulatif property) Kejadian yang
memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau
tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
· Distributif (distributive property) Memungkinkan
berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan
secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Peranan Media, diantaranya:
1.
Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
2.
Mengatasi batas-batas ruang kelas.
3.
Mengatasi kesulitan apabila suatu benda yang diamati terlalu kecil.
4.
Mengatasi gerak benda secara cepat atau lambat.
5.
Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks untuk dipisahkan.
6.
Mengatasi suara yang terlalau halus untuk didengar.
7.
Mengatasi peristiwa-peristiwa alam.
8.
Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau alam.
9. Memungkinkan
terjadinya kesamaan dalam pengamatan (Rohani, 1997:6).
Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi
dari media pembelajaran yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian
peristiwa secara nyata terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu
singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan
sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme. Keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena seperti yang dikemukakan
oleh Edgar Dale (dalam Sadiman, dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman
menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana
partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap pengalaman belajar yang diterima siswa. Penyampaian suatu konsep
pada siswa akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan
siswa terlibat langsung didalamnya bila dibandingkan dengan konsep yang hanya
melibatkan siswa untuk mengamati saja. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar yang lebih konkret kepada siswa dan dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran. (Hafidh AD) Telepon: 088227870515
0 komentar:
Post a Comment