A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu proses
yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar
dapat membangun diri sendiri dan juga besama-sama membangun bangsa. Disamping
itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan
menyangkut kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan juga dapat
dikembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan tingkah laku yang lebih baik.
Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang
menyebutkan bahwa : pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan darinya, bangsa, dan negara.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003
Pasal 3, “Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut dibutuhkan suatu kesatuan yang utuh dari faktor-faktor pendidikan
seperti, faktor tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan). Faktor-faktor tersebut satu
sama lain saling mempengaruhi dan tidak bisa berdiri sendiri. Namun demikian
pada penelitian ini peneliti membatasi diri pada faktor lingkungan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Faktor lingkungan
disini mencakup, tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah
(bangunan), keadaan alam, kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya
tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan,
kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa, perkumpulan (http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan).
Tapi peneliti tidak membahas
semua itu hanya lebih ke masalah faktor tempat (lingkungan fisik) mengenai
keadaan dan kelayakan bangunan sekolah yang meliputi kebersihan sekolah atau
tempat proses belajar mengajar. Tanpa kebersihan tidak akan mampu menciptakan
suasana yang nyaman untuk proses belajar mengajar, yang secara tidak langsung
akan berimbas pada kualitas pembelajaran dan tidak terciptanya tujuan
pendidikan tadi. Seperti kata (hdr, black community) didalam blognya dengan
lingkungan sekolah yang bersih akan membuat para siswa merasa nyaman ketika
proses belajar berlangsung. Juga menurut
Menurut Slameto (2003:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
faktor internal (jasmani, psikologi dan kelelahan) dan ekternal yang mana
faktor eksternal meliputi keluarga, masyarakat dan sekolah (metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung/bangunan, metode belajar, tugas rumah).
Namun kebersihan inilah yang
kerap di pandang sebelah mata oleh pihak sekolah-sekolah termasuk SMP N 13
Purworejo. Menurut data hasil observasi peneliti mengenai kultur sekolah di SMP
N 13 Purworejo. Sekolah ini memiliki kultur yang negatif, yaitu dari banyak
bangunan maupun ruang yang dilihat hanya beberapa yang tergolong bersih, dan
selebihnya banyak yang kotor terutama sekali ruang kelas tempat proses belajar
mengajar dan wc siswa. Selain itu fasilitas yang ada pada sekolah boleh
dikatakan sangat kurang dan jauh dari cukup. Masih terdapatnya
kekurangan-kekurangan seperti, genting sekolah yang akan runtuh, tembok sekolah
yang penuh coretan sampai ada keadaan wc siswa yang sudah tidak bisa dipakai.
Sehingga terlihat sekali dampak dari semua itu, yaitu banyaknya siswa yang
merasa kurang nyaman dalam pembelajaran dan tidak betah berada di sekolah yang
berimbas pada minimnya prestasi yang didapat sekolah tersebut baik dalam bidang
akademik maupun non akademik.
Disini peneliti melihat salah
satu persoalan yang menyebabkan tidak terciptanya tujuan pendidikan yang
sesungguhnya yaitu berupa ketidak nyamanan baik si pendidik maupun peserta
didik dalam belajar, melihat banyaknya upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kebersihan sekolah. Salah satunya melalui kerja bakti mingguan,
yang mana dengan hal tersebut dapat meningkatakan kebersihan sekolah serta
kenyamanan dalam belajar, selain itu juga mampu menjalin kerja sama baik antar
guru, staff, karyawan serta semua siswa. Suasana kerja bakti penuh dengan
kekeluargaan, tidak ada rasa saling iri atau bahkan merasa tertekan dengan
beban kerja yang dilakukan, karena semuanya dilandasi dengan rasa senang dan
penuh dengan suasana kekeluargaan (danangekonuryanto).
Mengingat begitu pentingnya
kebersihan sekolah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
serta masih kurangnya kebersihan di SMP N 13 Purworejo, maka peneliti memandang
perlu untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Upaya meningkatkan
kebersihan sekolah melalui kerja bakti mingguan di SMP N 13 Purworejo”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
·
Banyaknya bangunan serta peralatan proses
belajar mengajar yang kurang memadai atau kurang layak untuk dipakai.
·
Lingkungan sekolah yang kotor yang berakibat
kurangnya minat siswa untuk betah di sekolah.
·
Kondisi lingkungan yang kurang terawat.
C. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini peniliti
membatasi permasalahan pada upaya meningkatkan kebersihan sekolah melalui kerja
bakti mingguan di SMP N 13 Purworejo.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah diuraikan, maka secara umum peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1.
Bagaimanakah upaya meningkatkan kebersihan
sekolah melalui kerja bakti mingguan di SMP N 13 Purworejo ?
2.
Apakah kerja bakti mingguan dapat meningkatkan
kebersihan sekolah di SMP N 13 Purworejo ?
E. TUJUAN PENELITIAN
1.
Meningkatkan kebersihan sekolah melalui kerja
bakti mingguan di SMP N 13 Purworejo.
2.
Mengetahui gambaran tentang kerja bakti mingguan
dalam meningkatkan kebersihan sekolah di SMP N 13 Purworejo.
F. MANFAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Mengetahui upaya meningkatkan
kebersihan sekolah melalui kerja bakti mingguan di SMP N 13 Purworejo.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Dengan kerja bakti dan kebersihan
sekolah dapat meningkatkan semangat belajar serta menjalin kerja sama baik
(kekeluargaan) antar siswa, guru, staff, dan karyawan.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat
memberikan pengalaman langsung pada guru-guru untuk dapat meningkatkan
kebersihan sekolah serta dengan kebersihan sekolah dapat menimbulkan rasa
nyaman dalam proses belajar mengajar sehingga meningkatkan semangat mengajar
bagi guru.
c. Bagi sekolah
Tidak lagi dipandang sebelah mata
atau sekolah yang memiliki kultur negatif oleh sekolah lain maupun masyarakat.
a. Peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan data awal untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang relevan terhadap variabel-variabel yang
belum tersentuh dalam penelitian ini.
BAB II
A. KAJIAN PUSTAKA
1. KEBERSIHAN
Kebersihan adalah keadaan bebas
dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau (Wikipedia). Menurut
pandangan agama, kebersihan itu adalah bagian dari iman. Karena dalam
menjalankan suatu ibadah hendaklah dalam kedaan bersih dan suci. Jadi
kebersihan adalah suatu keadaan yang mana baik diri kita sendiri maupun
lingkungan terbebas dari segala macam kotoran.
Kebersihan dibagi menjadi dua
macam yaitu kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.
a. Kebersihan diri bertujuan agar badan
selalu sehat, tidak bau, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman
penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan diri dapat dijaga
seperti, mandi teratur, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang
bersih.
b. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan
tempat tinggal, tempat bekerja, sekolah, dan berbagai sarana umum. Kebersihan
tempat tinggal dapat juga dijaga dengan cara melap jendela dan perabot rumah
tangga, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan
makan, membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan di depan rumah dari sampah.
2. KEBERSIHAN SEKOLAH
Salah satu faktor yang turut menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar adalah mengenai masalah keadaan lingkungan
sekolah, yang meliputi tersedianya sarana-prasarana secara memadai, serta
penggunaanya sesuai dengan fungsinya dan kebersihan sekolah yang mencakup
bangunan sekolah, halaman, dan ruang-ruang kelas.
Edward Sallis dalam bukunya
menjelaskan bahwa ada dua hal yang diperlukan untuk menghasilkan mutu
pendidikan, yaitu:
a. Membutuhkan lingkungan yang cocok dan
bersih. Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan siswa
dalam mengerjakan pekerjaan (pembelajaran) secara efektif.
b. Membutuhkan lingkungan yang mendukung dan
menghargai. Mereka (siswa) memerlukan pemimpin (kepala sekolah dan guru) yang
menghargai prestasi mereka, akan mereka semakin percaya diri dan termotivasi
untuk lebih baik.
Sebuah sekolah seringkali mengalami
permasalah tentang kebersihan. Padahal semua tahu bahwa kebersihan itu
merupakan kunci utama untuk membuat kenyamanan, dan dengan rasa nyamanlah dapat
mendorong semangat siswa untuk belajar. Lingkungan sekolah yang bersih akan
membuat para siswa merasa nyaman ketika proses belajar berlangsung (hdr, black
community).
3. CIRI-CIRI SEKOLAH BERSIH
Adapu ciri-ciri lingkungan
sekolah yang dikatakan bersih dan memadai seperti :
·
Tidak becek.
·
Bebeas dari sampah yang berserakan.
·
Kondisi gedung dan sarana prasarana pembelajaran
bebas dari coretan.
·
Memiliki banyak pohon pelindung.
·
Tetap terpelihara dalam berbagai cuaca.
·
Tersedia air yang memenuhi syarat kesehatan
dengan cukup.
·
Serta terhindar dari pencemaran (polusi)
lingkungan.
Lingkungan sekolah yang kurang
bersih biasanya disebabkan oleh para siswa maupun guru dan karyawan yang
membuang sampah sembarangan serta sikap yang acuh terhadap lingkungannya. Dan
ini juga terjadi di SMP N 13 Purworejo, bahkan lebih parah.
4. PENGARUH/DAMPAK KEBERSIHAN SEKOLAH
Kebersihan sekolah menjdi sangat
penting mengingat pengaruhnya terhadap kenyamanan untuk proses belajar mengajar
berlangsung. Tanpa adanya kebersihan yang baik akan menimbulkan dampak sebagai
berikut :
a. Timbulnya kemalasan siswa maupun guru
dalam proses belajar mengajar.
b. Tidak betah berada di sekolah.
c. Mendapatkan sindiran yang negtif dari
masyarakat, seperti tidak berminat menyekolahkan anak atau saudara mereka di sekolah
tersebut.
d. Dapat mendatangkan penyakit bagi siswa,
guru dan semua warga sekolah.
e. Karena timbulnya kemalasan belajar siswa
dan guru, tentu prestasi sekolah semakin buruk.
Jadi kebersihan sekolah sangat
berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan.
5. KERJA BAKTI
Kerja bakti adalah kerja
bersama-sama tanpa upah (untuk kepentingan bersama), kerja tanpa imbalan jasa
(Ihsan abbas sofyan). Menurut Funny funnis kerja bakti adalah kerja yang
dilakukan secara bersama-sama tanpa menharap suatu imbalan yang nanti hasilnya
akan di nikmati bersama-sama.
Jadi kerja bakti adalah
sekelompok orang melakukan kerja bersama-sama untuk tujuan tertentu dalam waktu
yang bersamaan yang nanti hasilnya akan dinikmati bersama-sama. Kerja bakti
juga sering disebut dengan gotong royong.
Suasana kerja bakti hendaknya penuh dengan kekeluargaan. Tidak ada rasa
saling iri atau bahkan merasa tertekan dengan beban kerja yang dilakukan,
karena semuanya dilandasi dengan rasa senang dan penuh dengan suasana kekeluargaan.
6. KERJA BAKTI DI SEKOLAH
Salah satu solusi yang tepat
mengenai permasalahan ketidakbersihan sekolah adalah dengan kerja bakti
mingguan, selain untuk membersihkan sekolah kerja bakti juga dapat melatih
siswa untuk bertanggung jawab, bekerja sama, dan berdisiplin. Rasa lelah yang dirasakan
oleh para siswa akan menjadi sebuah pelajaran untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Mereka akan berpikir ulang jika ingin membuang sampah sembarangan
karena mereka juga merasakan betapa lelahnya membersihkan sampah-sampah yang
berserakan.
Kerjabakti membersihkan halaman
sekolah dan lingkungannya bisa dilaksanakan secara berkala bisa sebulan sekali
maupun melihat situasi dan kondisi selama tidak mengganggu proses belajar
mengajar. Dan disini peniliti menyarankan solusi dengan satu kali dalam seminggu
karena selain untuk membersihkan sekolah juga bermanfaat dalam menjalin kerja
sama antar warga sekolah. Bahkan akan lebih bagus bila sewaktu kerja bakti
diputarkan musik yang sesuai dengan kondisi dan umur mereka sehingga bisa
menjadi kegiatan yang menyenangkan.
7. MANFAAT KERJA BAKTI DI SEKOLAH
Dengan diadakanya kerja bakti di
sekolah maka manfaat yang akan didapat yaitu:
a. Akan tertanaman dalam diri peserta didik
untuk mencintai sekolah dan lingkunganya sekaligus mendidik mereka bekerja mandiri.
Mungkin ada sebagian siswa yang manja
yang mana dikarenakan kebiasaan dirumah serba dilayani baik oleh orang tua
maupun pembantu maka dengan kegiatan ini akan “dipaksa” untuk mandiri.
b. Selain itu kerja bakti akan menghilangkan
kejenuhan di dalam kelas, dari pagi sampai siang bahkan sore maka kejenuhan
akan dirasakan oleh anak didik. Dengan kerja bakti membersihkan halaman sekolah
akan menghilangkan kejenuhan tersebut dan bisa dijadikan refresing.
c. Untuk lebih mengakrabkan bapak ibu guru
dengan anak didiknya. Sebaiknya sewaktu kerja bakti para pendidik hendaknya
berbaur dengan anak didik sehingga menimbulkan keakraban antara siswa dan guru.
d. Terjalin kerja sama dan lebih
mengakrabkan antar sesama siswa, baik yang satu angkatan juga dengan
angkatan-angkatan lain.
e. Manfaat lainnya dari kerja bakti
membersihkan lingkungan sekolah adalah lingkungan menjadi bersih dan lebih terawat dibandingkan dengan tidak
ada kerja bakti tersebut.
B. KERANGKA BERPIKIR
Selama ini masih banyak terdapat
sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta yang menomor duakan masalah
lingkungan atau kulur sekolah. Terlihat dari masih banyaknya terdapat
sekolah-sekolah dengan bangunan yang tidak bersih termasuk SMP N 13 Purworejo.
Dan ini berdampak langsung terhadap semangat belajar siswa di sekolah.
Kerja bakti mingguan merupakan
salah satu solusi untuk menangani masalah tersebut, yang mana pihak sekolah
bisa menfaatkan sedikit waktu untuk membersihkan sekolah bersama-sama. Kerja
bakti ini diharapkan selain untuk menjaga kebersihan sekolah dan meningkatkan
semangat belajar siswa di sekolah juga melatih kemandirian siswa serta menjalin
keakraban antar sesama warga sekolah.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tidakan pada penelitian
ini adalah :
1. Program kerja bakti diawali dengan
melakukan pemilihan hari pelaksanaan program pertama dengan persetujuan pihak
sekolah sebelumnya. Kemudian dilanjutkan setiap hari sabtu setelah jam
pelajaran selesai (menjelang pulang) sekitar jam satu sampai jam tiga.
2. Dengan melaksanakan program kerja bakti
dapat meningkatkan kebersihan sekolah dan meningkatkan minat belajar siswa di
sekolah.
BAB III
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan (action riset) yang dilakukan secara kolaboratif dan
partisipatif. Artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendirian namun
berkolaborasi dengan beberapa orang guru, penelitian ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kebersihan sekolah.
B. SETTING PENELITIAN
Penelitian dilakukan di sekolah
SMPN 13 Purworejo. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa dan guru yang
ikut bergotong royong.
C. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan model
spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Stephen dan Robic Mc
Taggart yang dikutip oleh Sukardi (2004: 214) yang terdiri dari dua siklus dan
masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait.
1. Siklus I
a. Planning (perencanaan)
1) Menentukan kolaborator sebagai berikut:
· Kepala sekolah.
· Guru mata pelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan.
· Komite sekolah dan orang tua.
· Siswa.
2) Menyusun peraturan pelaksanaan kerja bakti
yaitu:
a) Menentukan pembagian wilayah-wilayah
pembersihan antar kelas.
b) Menentukan alat-alat yang disediakan oleh
sekolah, serta meminta para siswa membawa peralatan tambahan selain disediakan
pihak sekolah untuk kebersihan.
· Alat dari sekolah : cangkul, parang,
tempat sampah, dll.
· Alat dari siswa : Koran bekas, ember
kecil, dll.
c) Menentukan hari, waktu, tempat dalam
pelaksanaan kerja bakti, yaitu sekali dalam seminggu pada hari sabtu, setelah jam belajar selesai atau
sebelum pulang, 13.00 WIB dengan durasi 2-3 jam.
· Hari : setiap Sabtu
· Pukul : 13.00-15.00 WIB
· Tempat : SMPN 13 Purworejo
d) Membuat daftar sanksi bagi pelanggar.
3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi
penelitian.
4) Menyusun dan mempersiapkan pedoman
wawancara.
5) Mempersiapkan alat dokumentasi berupa camera
digital.
b. Acting (tindakan)
Tindakan ini dilakukan dengan
menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya
bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan.
1) Langkah awal adalah meminta izin kepada
kepala sekolah untuk melakukan rencana penelitian terhadap sekolah yang
dipimpinnya sekaligus menerangkan masalah yang akan diangkat dan konsep gagasan
yang akan dibuat. Dalam hal ini tentang upaya meningkatkan kebersihan sekolah
melalui kerja bakti mingguan.
2) Mendiskusikan serta meminta bantuan
guru pendidikan jasmani dan kesehatan untuk menerangkan tentang kebersihan
serta pengaruh dan manfaatnya kepada siswa dikelas.
3) Meminta bantuan kepala sekolah
untuk mendiskusikan ide kerja bakti
bersama komite sekolah dan orangtua siswa.
4) Mensosialisasikan kerja bakti dengan
peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama.
5) Peneliti melakukan pengamatan selama
program kerja bakti berlangsung.
c. Observing (pengamatan)
Observasi dilaksanakan selama
proses pelaksanaan program berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh para
kolaborator, kecuali siswa.
d. Reflecting (refleksi)
Data yang diperoleh pada lembar
observasi akan dianalisis, kemudian akan dilakukan refleksi. Pelaksanaan ini
akan dilakukan dalam bentuk diskusi antara peneliti dan kolaborator, kecuali
siswa. Diskusi dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang
telah dilakukan dengan cara melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan
program, masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan
yang dilakukan. Setelah itu akan dicari jalan keluar terhadap masalah-masalah
yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan pada siklus dua.
2. Siklus II
a. Persiapan Tindakan
Persiapan yang dilakukan pada
silkus II ini memperhatikan hasil refleksi dari siklus I. Persiapan ini
meliputi:
· Membuat peraturan pelaksanaan program;
· Mempersiapakan lembar observasi;
· Mempersiapkan pedoman wawancara;
· Mempersiapakan alat dokumentasi berupa
camera digital.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus
II pada dasarnya sama seperti siklus I dimana siswa masih melaksanakan program
kerja bakti dan diamati oleh peneliti.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti
dibantu oleh para kolaborator kecuali siswa, dengan berpedoman pada lembar
observasi. Lembar observasi yang digunakan sama seperti pada lembar observasi
pada siklus I. Setelah itu dilakukan wawancara pada siswa.
d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada
siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus I dengan siklus II apakah
terdapat peningkatan kebersihan sekolah. Jika belum terdapat peningkatan, maka
siklus dapar diulang kembali.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, metode wawancara, metode dokumentasi, angket dan
tes.
1. Observasi
Observasi dipakai untuk
mendapatkan data tentang kegiatan gotong royong, minat dan semangat siswa
terhadap kebersihan sekolah.
2. Teknik wawancara
Wawancara digunakan untuk
memperoleh data tentang kepuasan mereka terhadap tindakan peneliti, dan untuk mengetahui sejauh mana partisipasi
siswa dan guru terhadap kebersihan sekolah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan selain
untuk mendokumentasikan penelitian tindakan yang sedang berlangsung juga untuk
mengetahui siswa mana yang ikut kerja bakti dengan penuh semangat.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan alat dokumentasi
(camera digital).
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini berupa lembar observasi saat proses pelaksanaan program kerja
bakti, hasil wawancara yang dilaksanakan pada siswa dan hasil dokumentasi pada
saat program kerja bakti berlangsung.
· Analisis data observasi;
· Analisis hasil wawancara;
· Analisis hasil dokumentasi.
G. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya kebersihan di sekolah SMPN
13 Purworejo.
2. Meningkatnya semangat belajar siswa di
sekolah.
3. Terciptanya proses belajar mengajar yang
lebih kondusif.
LAMPIRAN
A. PEDOMAN WAWANCARA
1. Kepala sekolah :
· Bagaimana pendapat Bapak tentang
pelaksanaan kerja bakti mingguan?
· Apakah Bapak mengamati pelaksanaan
kerja bakti tersebut?
· Kegiatan apa saja selama ini yang
pernah dilakukan untuk menjaga kebersihan sekolah?
· Apakah setelah melakukan kerja bakti
semua warga sekolah berusaha tetap mempertahankan kebersihan sekolah?
2. Guru mata pelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan sebagai kolaborator :
· Berapa banyak siswa, karyawan dan guru
yang berpartisipasi aktif dalam kerja bakti?
· Seberapa semangat para siswa, karyawan
dan guru dengan kegiatan kerja bakti?
· Adakah hambatan atau kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan kerja bakti?
· Apakah setelah melakukan kerja bakti
kebersihan sekolah meningkat? Bila iya berapa besar peningkatan tersebut?
3. Siswa :
· Bagaimana pendapat Anda tentang adanya
kerja bakti mingguan di sekolah?
· Adakah hambatan dalam mengikuti kerja
bakti tersebut?
· Sejauh mana upaya Anda selamana ini
menjaga kebersihan sekolah?
B. PEDOMAN OBSERVASI
Dalam observasi akan dilihat
tentang:
1. Pelaksanaan kerja bakti.
2. Peralatan yang digunakan.
3. Data kebersihan sebelum kegiata kerja
bakti.
4. Data kebersihan sesudah pelaksanaan kerja
bakti.
5. Setting pelaksanaan kerja bakti.
6. Semangat dan keseriusan para pelaksana
kerja bakti.
DAFTAR PUSTAKA :
·
Sallis,
Edward. 2010. Manajemen mutu terpadu pendidikan. Yogyakartan: IRCiSoD
·
Asmani,
Jamal Makmur. 2011. Penelitian pendidikan. Yogyakarta: DIVA press
·
Plummer,
Ken. 2011. Sosiologi the basics. Jakarta: RajaGravindo Persada
·
Tim
Pudi Dikdasmen Lemlit UNY. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research) –buku panduan. UNY
·
Standar
lembaga pendidikan tenaga kependidikan. 1982. Yogyakarta
·
Di
unduh pada tanggal 28 November 2011 di :
·
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110424151147AA0scjr
·
Di
unduh pada tanggal 16 Desember 2011 di :
·
http://dimensi5.wordpress.com/2007/07/09/kerja-bakti/
Izin ya admin..:)
ReplyDeleteHalloo kami dari ARENADOMINO ingin mengajak anda semua pecinta games poker untuk bermain disini permainan fairplay menanti anda semua dan 100% no robot player vs player
yuk silahkan langsung bermain dengan kami proses mudah cepat dan nyaman jika kesulitan dalam pendaftaran dapat juga dibantu ya bisa dari live chat ataupun dari WA +855 96 4967353 silahkan ..