mediaedukasianda,-
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2017 mengalami
penurunan menjadi 5,33% dari Februari 2016 yang sebesar 5,50%. Dari 131,55 juta
orang yang masuk sebagai angkatan kerja, terdapat 124,54 juta orang yang
bekerja, dan sisanya 7,01 juta orang dipastikan pengangguran.
Dari jumlah tersebut, pengangguran yang berasal
dari jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menduduki peringkat teratas
sebesar 9,27% yang disusul oleh pengangguran lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebesar 7,03%. Sedangkan, dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebesar 5,36%, Diploma III (D3) sebesar 6,35%, dan universitas 4,98%.
Kontribusi lulusan SMK terhadap jumlah pengangguran
di Indonesia salah satunya disebabkan oleh lebih rendahnya keahlian khusus atau
soft skill lulusan SMK dibandingkan lulusan SMA. Namun, kasus ini tidak ditemui
di SMK yang kualitas pendidikannya sudah teruji.
"Ternyata kalau menurut kajian Bank Dunia,
kemampuan soft skill anak-anak SMK itu rata-rata nasionalnya di bawah lulusan
SMA, tapi ada juga SMK yang bagus employeability-nya tinggi," jelas Deputi
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan
Kebudayaan, Subandi di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Senin (22/05/2017).
Kemampuan soft skill dapat dilihat dari cara
individu untuk memahami kondisi psikologisnya sendiri, mengatur ucapan,
pikiran, dan sikap sesuai dengan lingkungan sekitar.
"Jadi misalnya kemampuan bahasa manual, jadi
kalau menurut kajian dari hasil ujian nasional, rata-rata nilai matematika,
sains, sama kemampuan membaca, itu anak SMA lebih tinggi dibandingkan SMK. Ini
yang membentuk soft skill," ujar Subandi.
Subandi menambahkan, ada beberapa SMK yang
memilikin kualitas pendidikan yang sudah baik. Namun, ada beberapa SMK yang
juga perlu ditingkatkan kualitas pendidikannya. "Selebihnya itu yang harus
ditingkatkan kualitasnya," ujar Subandi.
Tingkatkan
Daya Saing Tenaga Kerja
Pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami
bonus demografi, yaitu penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk non produktif. Di masa ini juga diprediksi penduduk usia
produktif mencapai 64% dari total penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai
297 juta jiwa.
Oleh sebab itu, banyaknya penduduk dengan usia
produktif harus diikuti oleh peningkatan kualitas, baik dari sisi pendidikan,
keterampilan, dan semakin ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja.
Untuk menjawab gantangan tersebut, pemerintah akan
fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan vokasi
sebagai prioritas nasional di 2018. Hal ini dilakukan dengan penguatan
pendidikan vokasi dan peningkatan kompetensi guru.
"Rencana vokasinya kan di 2018 sudah masukan
vokasi sebagai program prioritas yang sebelumnya belum pernah dapat penekanan
seperti itu," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam
acara The Peer Learning and Knowledge-Sharing Workshop on Skills Development
Strategy Formulation pada kesempatan yang sama.
Pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga
(K/L) akan menambah jumlah sekolah kejuruan di Indonesia. Selain itu,
peningkatan fasilitas pendukung seperti ruangan pelatihan hingga bengkel juga
perlu disediakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dan siswi SMK.
"Bentuknya kita dekati dari dua arah, satu
dari segi infrastrukturnya penambahan jumlah sekolahnya, ruang kelas, yang
terpenting adalah upgrade dari peralatan bagian terpenting dari segi
fisik," kata Bambang.
Selain itu, kompetensi guru yang mengampu mata
pelajaran juga harus ditingkatkan. Sehingga peserta didik bisa mendaparkan
pemahaman teori dan praktik yang lengkap yang nantinya bisa diterapkan di dunia
kerja.
"Kita ingin mendorong vokasi menjadi pilihan
jadi bukan terpaksa. Jadi kita perbaiki dulu kualitas sekolahnya dan
gurunya," tutur Bambang. (mkj/mkj)
Source: /dikutip detik.com
0 komentar:
Post a Comment