BLORA - Gara - gara Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), berdampak pada anjloknya harga cabe ditingkat petani, pasca lebaran ini harga cabe ditingkat petani mencapai level terendah yaitu tigaribu rupiah perkilogram.
"Harganya cuma tiga ribu, tidak cucuk (tidak sesuai) dengan modal tanam, hitunganya ya malah rugi," ucap Ratri (55th), salah satu petani dari desa Sumurboto kepada awak media. (Senin 01/06/2020)
Saat ia menanam cabe tiga bulan yang lalu, harga cabe dipasaran bisa mencapai 25-30 ribu rupiah perkilo gramnya. Sekarang disaat panen pasca lebaran harga cabe turun drastis.
Menurutnya anjloknya harga cabe ini, karena adanya pandemi covid-19. Ia yang biasanya bisa menjual cabenya keluar kota, namun karena kondisi seperti ini hanya bisa menjual hasil panenya seputar Blora saja.
"Karena corona ini tidak bisa menjual ke Jakarta, atau Surabaya, hanya di seputar Blora saja. Sedangkan di Blora banyak yang panen, jadi harganya anjlok," imbuh Ratri
Hal seperti ini juga dialami petani cabe lainya, Samiran (53th), ia yang juga menanam cabe rawit juga merasakan dampaknya.
"Sebelum ada corona ini bisa mencapai Rp.35.000 perkilogramnnya mas, tapi sekarang sama tigaribu rupiah," kata Samiran.
Saat ini, sambung Samiran
para petani cabe itu mengaku, saat ini mengalami kerugian sepuluh hingga dua puluh juta rupiah. Karena tidak cucuk (tidak sesuai) dengan modal tanam sehingga sebagian cabenya dibiarkan membusuk diladang.
para petani cabe itu mengaku, saat ini mengalami kerugian sepuluh hingga dua puluh juta rupiah. Karena tidak cucuk (tidak sesuai) dengan modal tanam sehingga sebagian cabenya dibiarkan membusuk diladang.
Mereka berharap pandemi covid-19 ini cepat berakhir agar harga cabenya bisa normal kembali. Selain itu mereka berharap agar pemerintah memperhatikan dan membantu para petani imbuhnya. (WN/Red)
Salah satunya karna permainan tengkulak yang membuat petani merugi, harusnyaa setiap desa ada KUD untuk penjualan hasil panen petani.
ReplyDelete