mediaedukasianda,- Manusia hidup di muka bumi
ini tidak hanya untuk sekedar makan dan minum saja. Tetapi sebagai manusia
harus mempunyai aktivitas lainnya. Apakah hanya hidup untuk makan atau makan
untuk hidup? Semuanya tergantung pada diri individu masing-masing.
Tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Robert J
Tamasy, hidup di dalam dunia ini, upaya menunjukkan keunggulan diri (self
promotion) tidak hanya dianggap biasa, tetapi juga seolah dianjurkanbahkan kita
dituntut untuk melakukannya. Kita masih ingat sebagaimana yang dikatakan
Mohamad Ali ketika meraih gelar juara tinju dunia, dia berteriak “Sayalah yang
terbesar”.
Ungkapan itu merupakan pernyataan kebanggaan akan
keunggulan diri dan prestasinya dalam olah raga tinju. Sebenarnya untuk
berprestasi tidak hanya di bidang olah raga, namun juga dalam bidang yang lain
seperti seni atau ilmu pengetahuan.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tentang prestasi
diri bagi keunggulan bangsa, hubungan potensi diri dan prestasi diri untuk
berprestasi sesuai kemampuan dan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk
mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa. Pada akhirnya
Anda diharapkan dapat mewujudkan potensi diri menjadi prestasi diri yang membanggakan
bangsa.
A. Prestasi
Diri Bagi Keunggulan Bangsa
Setiap bangsa di dunia ini tentu memiliki kekhasan
yang berbeda satu dengan yang lain. Tidak terkecuali dengan bangsa dan negara
Indonesia. Sejak berdirinya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah
memiliki prestasi diri yang tidak sedikit. Prestasi diri adalah suatu
kebanggaan yang telah dimiliki/diraih oleh suatu bangsa. Prestasi diri dapat
dimiliki oleh individu maupun kelompok bahkan bangsa.
Seperti baru-baru ini Human Development Index
Indonesia tahun 2007 menduduki peringkat 107 dunia, atau mengalami peningkatan
prestasi dalam menangani korupsi dan tidak lagi menjadi negara terkorup seperti
sebelumnya.
Setiap manusia apapun profesinya tentu akan
mempunyai keinginan untuk berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi seseorang
akan dapat menilai apakah dirinya sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau
tidak, juga untuk membawa nama baik bangsa dan negara jika memang bisa.
Pengertian prestasi yaitu hasil yang telah dicapai,
dilakukan, diperoleh atau dikerjakan. Prestasi tiap orang tidak akan sama, ada
yang berprestasi dalam hal :
•
melukis
•
berolahraga
•
irama musik
•
cepat menghitung
•
puisi
•
pemimpin
•
menyesuaikan diri
•
tampil menawan dan lain-lain
Manakah yang paling bagus prestasinya? Tidak
mungkin terjawab dengan tepat, karena masing-masing peristiwa menampilkan
“tokoh” yang memiliki kecerdasan dalam bentuk yang berbeda-beda.
Prestasi antara orang satu dengan lainnya tentu
tidak akan sama, dan seseoran tidak akan
mungkin menjadi orang yang sama persis dengan orang yang dikagumi prestasinya.
Mengapa demikian? Pada hakikatnya manusia adalah individu ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang memiliki potensi diri yang berbeda satu dengan yang lainnya,
sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan sama.
Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap
siswa adalah individu yang unik (berbeda satu dengan lainnya). Sebagai Warga
Negara Indonesia yang baik maka setiap orang berusaha berprestasi demi keunggulan
bangsa Indonesia tercinta.
Tentu sangat membanggakan jika kita dapat
berprestasi seperti Taufik Hidayat, Susi Susanti, Gita Gutawa Juara menyanyi di
Mesir tahun 2007, Usman Hasan Saputra, Hermawan Kertajaya, Prof Dr Ir BJ
Habibie, Dahlan Iskan atau Ir Ciputra, serta masih banyak lagi yang dapat dilihat
dan disaksikan sendiri.
Semua berprestasi sesuai bidangnya masing-masing.
Ada yang di bidang olah raga, seni, budaya, maupun ilmu pengetahuan serta
enterpreneur (wiraswasta). Mengapa mereka dapat berprestasi di bidangnya, dan
mengapa kita tidak atau belum mampu berprestasi seperti mereka ?
B. Hubungan
Potensi Diri Dan Prestasi Diri Untuk Berprestasi Sesuai Kemampuan
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the
game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan
menunjukkan semua orangmemiliki keinginan umum yang sama : ingin kaya,
ingindihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu.Akan tetapi tidak
semuanya dapat mencapai apa yangdiinginkannya. Mengapa demikian?
Hal ini karena masing-masing individu
memilikipotensi diri yang berbeda dengan lainnya. Manusia adalahciptaan yang
paling sempurna, kesempurnaan tersebutdapat dilihat dari kelengkapan sisi-sisi
manusia itu sendiri,yaitu ada kebaikan ada pula keburukan.
Ada kekuatan tetapi
juga ada kelemahan. Manusia sebagai mahlukberpotensi yang selalu bertumbuh
menuju aktualisasidirinya, harus mampu mengenali ke dua sisi tersebutdengan
baik. Namun tidak semua manusia berkehendakdan mau bekerja keras untuk
mendayagunakan potensinya.
Kekuatan yang berupa potensi-potensi diri yang
istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang tidak bisa
dikendalikan atau dikelola dengan baik. Potensi berasal dari kata bahasa
Inggris to potent yang berarti keras, kuat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang
dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal.Potensi
merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut masih
terpendam dalam diri yang bersangkutan.
Setiap manusia pada dasrnya memiliki potensi,
tetapi tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk
mendayagunakan potensi tersebut. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang
dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam
pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Potensi diri ada yang positif
dan ada yang negatif.
Potensi diri yang positif seperti :
1. Memiliki idealisme
Sebagai
generasi muda kita harus memiliki ide yang kita yakini kebenarannya dengan
didukung fakta dan berusaha untuk mewujudkannya dalam tujuan hidup kita.
2. Dinamis dan kreatif
Sifat
dinamis dan kreatif dalam arti selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman
tanpa berhenti untuk berkreasi dalam mencapai tujuan tanpa mengabaikan
norma-norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari, baik norma agama, norma
hukum, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
3. Keberanian mengambil resiko
Setiap
tindakan yang dilakukan bukan tanpa resiko, karena jika ada sebab pasti akan
ada akibat. Untuk itu sebelum bertindak harus selalu mempertimbangkan
masak-masak resiko yang akan timbul dan berusaha menghadapi serta mengatasinya
dengan baik.
4. Optimis dan kegairahan semangat
Manusia
yang hidup di era globalisasi sekarang ini tidak boleh pesimis, maka sebagai
bagian dari dunia seseorang harus selalu optimis dan memiliki kegairahan
semangat supaya tidak putus asa dan lemah sebelum bertanding. Para pahlawan
telah berjuang merebut kemerdekaan Indonesia tetapi kita yang harus
mempertahankan dan mengisinya melalui karya yang positif.
Bangsa
yang maju adalah bangsa yang rakyatnya mau bekerja keras, ulet dan tangguh
dalam mewujudkan sebuah prestasi. Sebab perlu diingat bahwa Tuhan sendiri tidak
akan mengubah kondisi suatu bangsa jika bangsa tersebut tidak mau berubah.
5. Kemandirian dan disiplin murni
Kita
adalah bagian dari bangsa yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri dan
memiliki disiplin yang tinggi. Pendidikan disiplin bukan hanya sekedar patuh
terhadap aturan tetapi juga harus terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak
dan keinginan orang lain, serta mau mengambil bagian dalam memikul tanggung
jawab sosial secara manusiawi.
6. Fisik yang kuat dan sehat
Apa
artinya jiwa yang meledak-ledak penuh semangat dengan berbagai ide jika tidak
ditunjang oleh fisik yang kuat dan sehat? Tentu tidak akan ada artinya. Untuk
itu potensi diri yang positif harus memperhatikanmasalah yang satu ini karena
sangat penting peranannya.Ingatkah Anda dengan pepatah: “di dalam badan yang
sehat terdapat jiwa yang kuat (mensana in corpore sano)“? Nah potensi diri yang
positif adalah yang menjaga kekuatan dan kesehatan fisik.
7. Sikap ksatria
Ksatria
adalah sikap yang sportif yaitu berani mengakui kesalahan dan kekalahan jika
mengalaminya, serta bersedia meminta maaf untuk tidak mengulangi lagi
perbuatan. Dalam falsafah masyarakat Jawa, seseorang baru pantas bergelar
ksatria jika dia dapat“ menang tanpa mengalahkan, kemudian mengalahkan tanpa merendahkan
dan menyerang tanpa menyakiti .”
8. Terampil dalam menerapkan IPTEK
Melalui
pendidikan dan pelatihan para siswa diharapkan dapat melatih keterampilannya
dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Jika memungkinkan dapat
diperdalam di luar sekolah, sehingga menjadi generasi muda yang tidak gagap
teknologi, dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Setelah itu mereka
diharapkan dapat menerapkan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan
mengikuti lomba komputer daerah atau nasional Ini merupakan peran serta yang
baik dari masyarakat dalam menunjang potensi diri siswa dalam berprestasi
sehingga terampil dalam menerapkan IPTEK.
9. Kompetitif
Di
tengah persaingan dunia seperti sekarang ini setiap individu harus mampu
menunjukkan kelebihan dirinya, diantaranya dengan berkompetisi dengan bangsa
lainnya. Kompetisi berasal dari bahasa Latin to competere yang kalau di
Inggriskan menjadi to seek together (mencari bersama), to agree (menyetujui)
atau to coincide (menyepakati bersama). Sebenarnya dalam berkompetisi tidak
ditemukan adanya ajaran yang menjadikan orang lain sebagai objek atau musuh.
Jadi kompetitif adalah orang lain dijadikan sebagai mitra dalam mencapai suatu
prestasi.
Masalah
yang muncul jangan sampai kata kompetisi menjadi konkurensi (to conquer
defeat/overcome enemy) mengalahkan orang lain/musuh. Oleh karena hasil yang
dicapai bukan lagi kemenangan (winning) melainkan memukul mundur (beating).
Selain itu jika kompetisi mensyaratkan adanya kompetensi atau keahlian, maka dalam
konkurensi akan ada komparasi, gaya hidup membandingkan secara tidak sehat, dan
praktik konkurensi adalah produk muatan pikiran irrasional yang bertentangan
dengan logika hidup rasional.
Bersaing
itu sehat karena ada acuan, akan mendorong terciptanya energi dan akan dapat
memacu prestasi diri seseorang, asal jangan menghalalkan segala cara, dan harus
selalu ingat dosa dan Tuhan selalu mengawasi perilaku umatnya.
Jika
harus bersaing seharusnya dimulai dengan langka sebagai berikut :
a.
Berani memulai
b.
Fokus pada keunggulan
c.
Transformasi energi konkurensi
Maksudnya
seseorang jika hendak bersaing harus mempersiapkan ke tiga hal di atas yaitu
berani memulai tidak menunda, kemudian memfokuskan pada keunggulan yang
dimiliki serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengubah energi persaingan
yang bersifat negatif menjadi sesuatu yang positif, supaya terjadi persaingan
yang sehat dan mencapai hasil yang optimal.
10. Daya pikir yang kuat
Untuk
mencapai keberhasilan, seseorang harus memiliki daya pikir yang kuat dan
didukung dengan motivasi yang kuat pula dalam dirinya. Karena hal ini merupakan
penggerak untuk melakukan aktivitas, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Descartes “Aku berfi kir maka aku ada”. Jika orang mempunyai kemampuan dan
kemauan untuk berpikir dengan kuat maka dia akan mampu berprestasi dengan baik.
11. Memiliki bakat
Seseorang
yang memiliki bakat yaitu mempunyai potensi yang dimilikinya sungguh beruntung
karena akan mudah dalam mewujudkan prestasi dirinya. Untuk itu perlu dukungan
dari keluarga dan lingkungan. Bakat yang besar tadi harus didukung dengan
motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Seorang pemimpin yang hebat selain bisa
dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan akan lebi hebat jika dia memiliki bakat terpendam
sebagai potensi dirinya.
Dalam
upaya mengembangkan potensi diri ada 4 tahapan yang perlu diperhatikan, antara
lain :
a.
Mengenali diri sendiri
b.
Memposisikan diri
c.
Mendobrak diri
d.
Aktualisasi diri
Selain potensi diri yang positif setiap manusia
juga memiliki potensi diri yang negatif seperti :
1. Mudah
diadu domba
Semua
kelebihan yang dimiliki dapat hilang percuma jika seseorang masih mudah diadu
domba. Dalam berbagai aspek kehidupan hendaknya harus berhati-hati karena
seseorang bisa diadu domba atau bahkan mungkin tergoda untuk menjadi pelakunya.
Hal ini arus dihindari, karena sangat merugikan diri sendiri.
2. Kurang
berhati-hati
Pepatah
“biar lambat asal selamat” memang bisa diganti dengan “biar cepat tapi
selamat”, tetapi tetap harus waspada dan berhati-hati. Mengapa demikian? Oleh
karena kita sering terburu-buru tanpa memperhatikan resiko lainnya asalkan
tujuan tercapai. Akibatnya memang tujuan tercapai tetapi ada resiko besar yang
didapatkan. Berapakah potensi positif masing-masing yang Anda miliki? Apakah
potensi positi tersebut sudah Anda kembangkan?
3.
Emosional
Emosional
merupakan suatu keadaan perasaan atau kondisi kejiwaan yang sedang labil
sehingga dapat mengganggu hubungan dengan orang lainnya. Biasanya muncul pada
saat keadaan tidak normal, sehingga individu yang sedang emosional kurang bisa
mengendalikan diri. Dia bisa marah, berteriak ataupun menangis. Sebenarnya
semua aktivitas tadi boleh saja dilakukan asalkan tetap terkendali dan tidak
mengganggu orang lain. Potensi diri yang positif adalah jika kita tidak mudah
emosional yaitu kita memiliki kecerdasan emosi (emotional quotient) yang baik.
4. Kurang
percaya diri
Banyak
dari generasi muda yang belum mengerjakan sesuatu sudah menyerah dengan
mengatakan tidak mampu melaksanakannya. Jadi generasi muda menyerah atau kalah
sebelum bertanding. Sebenarnya ada kemampuan tetapi karena kurang percaya diri
menjadi tidak mau melakukan sesuatu. Sungguh disayangkan karena kesempatan emas
menjadi hilang. Hal ini berarti harga diri (self esteem) mereka adalah negatif karena
cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Potensi diri
yang positif adalah jika kita memiliki rasa percaya diri yang besar. Ciri-ciri
individu yang kurang percaya diri :
a.
Berusaha menunjukkan sikap konformis, sematamata demi mendapatkan pengakuan dan
penerimaan kelompok
b.
Menyimpan rasa takut /kekhawatiran terhadap penolakan
c.
Sulit menerima realita diri (terutama dalam menerima kekurangan diri) dan
memandang rendah kemampuan diri sendiri-namun di lain pihak memasang harapan yang
tidak realistik terhadap diri sendiri
d.
Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif
e.
Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang
target untuk berhasil
f.
Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri
sendiri)
g.
Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai
dirinya tidak mampu
h.
Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat
bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).
Apakah Anda termasuk orang yang kurang percaya diri? Jika ya, maka sebaiknya
hindarilah sifat tersebut. Karena hal tersebut akan merugikan diri kita. Jika
tidak, maka bersyukurlah dan pertahankan karena itu merupakan sesuatu yang berharga
bagi diri Anda dalam mencapai prestasi.
5. Kurang mempunyai motivasi
Manusia
bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila ada daya dari luar yang
mendorongnya, melainkan makhluk yang mempunyai daya dalam dirinya untuk
bergerak. Inilah yang dinamakan motivasi. Sehingga motivasi sering disebut
penggerak perilaku (the energizer of behaviour).
Motivasi
sering dipelajari oleh para psikolog karena pengetahuan akan determinan
perilaku ini akan banyak membantu dalam meramalkan dan mengendalikan dampak
dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia. Ini berhubungan dengan
prestasi diri sebagai suatu perilaku yang muncul karena potensi diri yang ada
dengan didorong motivasi yang kuat. Motivasi adalah dorongan baik yang berasal
dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar diri seseorang
tersebut, misalnya dari keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Adanya
motivasi akan mempercepat tercapainya tujuan untuk berprestasi. Oleh karena itu
kita harus punya motivasi supaya kebutuhan hidup terpenuhi, mulai dari yang
paling rendah sampai yang paling tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Abraham H
Maslow, yaitu dari kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan paling tinggi kebutuhan
aktualisasi diri yang berupa kesempatan dan kebebasan untuk mewujudkan
cita-cita sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu.
Hubungan
antara potensi diri dengan prestasi diri sangat erat, karena untuk berprestasi
seseorang harus mengenali terlebih dahulu potensi yang ada dalam dirinya.
Potensi diri yang negatif harus dihilangkan, sebaliknya potensi yang positif
harus dimunculkan. Jadi kita seharusnya memaksimalkan potensi atau kekuatan dan
sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita. Menurut Andri Wongso, caranya :
Pertama berkomitmen untuk menghilangkan kelemahankelemahan tersebut, ke dua
melakukan usaha yang sungguh-sungguh untk menghentikan pengaruhnya setiap kali
kelemahan diri tersebut muncul dan ke tiga menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru
yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan membenamkan
kelemahan-kelemahan kita. Dari ke tiganya ini harus dimulai sekarang juga
karena tindakan adalah kekuatan Orang yang punya potensi disebut juga dengan
manusia unggul terlebih jika dia dapat mewujudkan potensinya dengan baik, akan
tetapi jangan sampai menjadi sombong.
Ciri-ciri
manusia unggul adalah :
1.
Memiliki keimanan yang utuh.
2.
Melaksanakan amal ibadah
3.
Memiliki akhlak mulia, yang terdiri dari amanah, ikhlas, tekun, berdisiplin,
bersyukur, sabar, dan adil.
Ke
tiga hal ini akan semakin lengkap jika didukung oleh hal-hal positif yang
dimiliki oleh seseorang. Prestasi diri seseorang akan semakin bermakna jika
dilandasi oleh keimanan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mereka
berprestasi bukan semata kepentingan pribadi tetapi demi kepentingan yang lebih
luas lagi. Untuk kepentingan nusa, bangsa dan negara.
C. Peran Serta Dalam
Berbagai Aktivitas Untuk Mewujudkan Prestasi Diri Sesuai Kemampuan Demi
Keunggulan Bangsa.
Prof
Dr Ir BJ Habibie dan Ir Ciputra mereka adalah putra bangsa yang banyak
perprestasi sesuai dengan potensi masing-masing. Ir Ciputra salah satu
pengusaha yang sukses dalam bidang properti dan peduli pada pendidikan, selain
seorang yang sukses sebagai enterpreneur yang mampu menghasilkan berbagai
projek di Indonesia.
Menurut
Ir Ciputra entrepreneur bukanlah suatu hal yang bersifat mistik dan misterius,
juga bukan soal bakat, tetapi bisa dibentuk melalui pelatihan dan pendidikan
yang terarah sejak usia dini. Sejak sekarang generasi muda harus punya
keinginan yang berlipat, ngotot, dan bekeja keras menjadi wirausahawan.
Enterpreneur mampu menciptakan peluang dan selalu menjadi inovator, juga berani
mengambil resiko. Selain itu salah satu kepeduliannya adalah berkenaan dengan
dorongannya pada seseorang putra bangsa Indonesia bernama Umar Hasan Saputra
yang telah berprestasi dengan menemukan Nutrisi Saputra dari IPB Bogor.
Ada
10 manfaat dari hasil temuannya yang diteliti sejak tahun 1992 sampai
mendapatkan hasil pada tahun 2002, tetapi baru diumumkan secara luas tahun
2006. Manfaat Nutrisi Saputra adalah menghemat pupuk, meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kualitas, ramah lingkungan, mudah dibawa dan
disimpan, tahan kekeringan, panen lebih cepat, penggunaan mudah, banyak gunanya
dan ketersediaan stok barang.
Selain
itu lebih tahan hama, dan rendemen lebih tinggi. Prof Dr Ir BJ Habibie selain
dikenal sebagai mantan Wapres dan Presiden RI ke tiga, dikenal juga dengan
prestasinya di bidang pesawat terbang dan kehliannya di bidang teknologi.
Beliau mendirikan The Habibie Center pada tanggal 10 November 1999 di Jakarta.
Lembaga ini didirikan sebagai suatu kendaraan yang diharapkan dapat membawa
rakyat Indonesia untuk memulai proses demokratisasi dan perlindungan hak asasi
manusia yang berkelanjutan.
Sebagai
seorang mantan Presiden beliau menyadari adanya suatu kebutuhan untuk
mempromosikan dan mengembangkan konsep demokrasi di Indonesia. The Habibie
Center didirikan oleh Bachruddin Jusuf Habibie dan keluarga sebagai organisasi
independen, non pemerintah dan non profit.
Dengan
visi untuk memajukan usaha modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang
didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilainilai agama, dan misi
yang diemban adalah pertama, untuk menciptakan masyarakat demokratis secara
kultural dan struktural yang mengakui, menghormati dan menjunjung tinggi HAM,
serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan HAM.
Kedua,
memajukan dan meningkatkan pengelolaan SDM dan usaha sosialisasi teknologi.
Umar Hasan Saputra, Ir Ciputra dan Prof Dr Ir BJ Habibie merupakan orang-orang
yang mempunyai potensi diri (bakat) di bidang masing-masing. Hal ini dapat
dilihat dari tiga hal yaitu (1) kemampuan di atas rata-rata, (2) kreativitas
dan (3) tanggung jawab terhadap tugas. Ini berarti mereka memiliki kemampuan di
atas rata-rata dan punya ciri-ciri kreativitas seperti dikemukakan oleh
Cholisin sebagai berikut :
1.
Dorongan ingin tahu besar
2.
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3.
Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4.
Bebas dalam menyatakan pendapat
5.
Mempunyai rasa keindahan
6.
Menonjol dalam salah satu bidang seni
7.
Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh
orang lain
8.
Memiliki rasa humor tinggi
9.
Daya imajinasi kuat
10.
Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan,
pemecahan masalah)
11.
Dapat bekerja sendiri
12.
Kemampuan elaborasi (mengembangkan atau memerinci) suatu gagasan.
Bagaimana
dengan Anda apakah memiliki ciri-ciri kreativitas seperti yang telah disebutkan
di atas? Selain itu ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari seseorang yang
memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk berprestasi
(need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan
menempuh resiko. Prestasi diri merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan,
dan akan optimal jika dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.
Dalam
kaitannya dengan anak berbakat dinamakan anak lantip, Gardner memiliki
pandangan yang berbeda, ia menyatakan bahwa “keberbakatan” manusia bukanlah
berdasarkan skor tes standar semata, namun sebagai:
1.
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2.
Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3.
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan
penghargaan dalam budaya seseorang.
Anak
berbakat (anak lantip) dibedakan dari anak jenius. Anak jenius disebut juga
anak berbakat taraf sangat tinggi (highly gifted) yang sangat jarang ditemukan
sedangkan anak berbakat banyak ditemukan di sekolah-sekolah.
Ada
lima macam keberbakatan, yaitu (1) keberbakatan intelektual, (2) keberbakatan
akademik, (3) keberbakatan kreatif, (4) keberbakatan kepemimpinan dan sosial,
dan (5) keber-bakatan seni.
Analisis
dari Bloom tentang lantip pada Peserta Olympiade Science, bahwa:
Pertama, memiliki kemampuan luarbiasa
tinggi untuk mencurahkan sejumlahbesar waktu dan usaha untuk mencapaisuatu
standar yang tinggi. Karakteristikini telah ada pada usia 5 atau 8 tahundan
menjadi semakin bertambah setelahorang-orang tersebut menerima
pengajaranbeberapa tahun.
Kedua, memiliki sifat kompetitif dengan
teman sebaya dalam bidang talent tersebut dan memiliki kebulatan tekad untuk
melakukan yang terbaik.
Ketiga, memiliki kemampuan belajar
secara cepat tentang teknik-teknik baru, ide-ide, dan proses dalam bidang
talent tersebut. Karakteristik lantip menurut Kitano dan Kirby memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
•
fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan;
•
diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya
dan orang dewasa;
•
keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial,
mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif;
•
kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah
dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya;
•
memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat
semua orang (egalitarian) dan jujur;
•
perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang
rasa;
•
bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol
ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi;
•
mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman
sebaya dan orang dewasa;
•
mampu merangsang perilaku produktif bagi orang
lain;
•
memiliki kapasitas yang luar biasa untuk
menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, humor, dan pemahaman.
•
Karakteristik
di atas biasanya dimiliki oleh mereka yang telah berprestasi. Prestasi akan
mencapai hasil yang bagus jika dalam situasi dan kondisi saat kesempatan
pengembangan bakat (lantip) dipenuhi. Hal ini bisa diperoleh dari guru yang
memberikan peluang kepada siswa untuk berkembang potensinya secara optimal.
Kepribadian
guru dapat membantu siswa untuk berprestasi antara lain :
1. Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru
2. Peka terhadap perkembangan anak baik
secara fisik maupun psikis
3. Mempunyai pertimbangan luas dan dalam
4. Penuh pengertian
5. Mempunyai sifat toleransi
6. Mempunyai kreativitas yang tinggi
7. Bersikap ingin tahu
Selain
memiliki kepribadian, guru juga harus memiliki hubungan sosial dengan siswa
yang dapat mendorong timbulnya prestasi yaitu suka dan pandai bergaul dengan
anak berbakat serta memahami kesulitan yang dihadapi anak tersebut. Selain itu
guru diharapkan dapat menyesuaikan diri dan mudah bergaul serta mampu memahami
dengan cepat tingkah laku anak berbakat tersebut.
Untuk
anak berbakat memang harus ada perhatian khusus dari guru karena kadang-kadang
mereka bertindak berbeda dengan teman lainnya. Misalnya bertanya secara kritis,
meminta perhatian lebih bahkan terkadang seperti melawan guru. Untuk itu kebesaran
hati dari guru untuk tidak bertindak negatif, tetapi malah lebih memperhatikan
mereka sehingga dapat memperlihatkan bakatnya.
Selain
guru, peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan potensi
diri yang dimiliki anak untuk menjadi prestasi diri sesuai kemampuannya.
Meskipun hak utama pengajaran yang utama ada di tangan orangtua, tetapi
alangkah baiknya jika orangtua tidak memaksakan kehendak kepada anaknya untuk
menjadi apa kelak.
Orangtua
seharusnya bersikap demokratis dalam arti menyerahkan kepada anak mau menjadi
apa kelak, tetapi tetap di sampingnya untuk selalu mendampingi dan
mengingatkannya jika mereka salah. Orangtua selalu memberikan fasilitas, doa
dan dorongan demi keberhasilan anaknya.
Peran
masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena bagaimanapun hebatnya seseorang
berprestasi jika tidak dapat dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak
langsung oleh masyarakat tentu tidak bermakna. Berbeda jika hasil prestasi
dirinya dapat dirasakan masyarakat tentu akan lebih bermakna, seperti prestasi
Tim bulutangkis Indonesia, kemenangan Tim Olimpiade Fisika Indonesia maupun
temuan Nutrisi Saputra oleh Usman Hasan Saputra.
Peran
masyarakat juga bisa dengan memberikan dukungan dana dalam suatu prestasi yang
dicapai seseorang, misalnya memberikan bea siswa, hadiah, atau memberikan biaya
penelitian sehingga menghasilkan suatu prestasi. Semua merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan, seseorang yang punya potensi diri akan mampu
menunjukkan prestasi diri dengan motivasi yang kuat dengan dukungan keluarga,
guru dan masyarakat. Peran guru bisa diganti oleh pelatih maupun seseorang yang
punya kepedulian seperti Yohanes Saputra dalam Tim Olimpiade Fisika Indonesia
ataupun Ir Ciputra dalam penelitian Nutrisi Saputra oleh Umar Hasan Saputra.
Kebutuhan
untuk berprestasi terjemahan dari need of achievement sebagaimana dikemukakan
John Atkinson dan David Mc Clelland pada tahun 1940-an. Kebutuhan berprestasi
atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar
keunggulan. Orang-orang yang mempunyai perilaku seperti ini menyukai
tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk
umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya.
Hal
inilah yang harus dimiliki oleh seseorang supaya dapat berprestasi jika
dikaitkan dengan teori Maslow maka hal ini dapat dikatakan merupakan kebutuhan
aktualisasi diri.
Tahap
aktualisasi diri menurut Andri Wongso merupakan proses realisasi potensi diri
setelah kita mampu melakukan tindakan-tindakan cepat, berani ambil resiko, dan
mampu mengambil pelajaran atas keberhasilan dan kegagalan kita. Dalam proses
perwujudan ini kita dituntut untuk melakukan segala sesuatunya secara
profesional, efektif, dan efisien. Sebab ini sangat berkaitan dengan peluang
atau kesempatan yang kita peroleh.
Berbagai
upaya untuk mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana
dikemukakan oleh Sujiyanto yaitu :
a. Kreatif dan inovatif
Kreatif
dan inovativ merupakan upaya memiliki daya cipta, dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu hal. Sedangkan inovatif berarti memperkenalkan sesuatu yang
baru bersifat pembaharuan, upaya berprestasi dengan cara memperbarui atau
menyempurnakan metode, sistem, atau strategi yang ada menjadi lebih sesuai atau
relevan dengan perkembangan jaman. Ciri-cirinya antara lain peka terhadap
lingkungan, dinamis dan progresif, serta terbuka.
b. Tanggung-jawab
Tanggung
jawab merupakan kewajiban yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk menyelesaikan tugas yang diterimanya dengan sebaik
mungkin. Untuk itu bisa dilakukan dengan cara skala prioritas, fokus program
dan penjadwalan dan optimalisasi kegiatan secara terpadu. Seseorang yang
bertanggungjawab akan dapat berprestasi dengan baik karena dia telah menyelesaikan
kewajibannya dengan baik sesuai yang telah disepakati sebelumnya. Tanggungjawab
tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada masyarakat dan yang paling
tinggi pada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Bekerja keras
Orang
yang suka bekerja keras disayang Tuhan, Anda tentu ingat “beribadahlah kamu
seolah akan mati esok hari dan bekerjalah dengan keras seolah kamu akan hidup
1000 tahun lagi.” Ini berarti setiap orang akan serius dalam mengerjakan
sesuatu. Akan mengoptimalkan seluruh daya dan upaya demi tercapainya suatu
prestasi diri dengan bekerja keras. Dalam bekerja keras Anda tidak akan
terlepas dari kekuatan ketahanan mental, karena pengembangan diri tidak bisa
terlepas dari kekuatan ketahanan mental. Kesuksesan yang tidak disertai dengan
ketahanan mental akan menjadi kesuksesan yang rapuh fondasinya.Untuk itu
ketahanan mental harus kita tempa dan kita tanamkan sejak kita mulai perjuangan
dengan cara memelihara spirit sebagai manusia pembelajar yang sejati, selalu
berdoa, selalu mengucap syukur dan bermeditasi.
d. Memanfaatkan Sumber Daya
Walaupun
manusia sebagai mahluk yang paling sempurna di dunia ini tetapi tidak dapat
hidup sendiri, melainkan tetap membutuhkan sumber daya yang ada di sekitarnya.
Memanfaatkan sumber daya alam dan bekerjasama dengan manusia lainnya demi
tercapainya tujuan. Setiap individu dituntut untuk menguasai beberapa
keterampilan seperti keterampilan pribadi, keterampilan sosial, keterampilan
akademik dan keterampilan dalam bidang tertentu. Selain itu sebagai mahluk
sosial, manusia juga dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul
sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu
menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Dalam
hubungannya dengan prestasi diri dan sebagai mahluk sosial maka penekanan lebih
pada keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya, biasanya disebut dengan aspek psikososial. Keterampilan
tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan
waktu yang cukup buat anakanak untuk bermain atau bercanda dengan temanteman
sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dan
sebagainya. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini maka akan
memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia
dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau dewasa. Dalam
pandangan Zainun Mu’tadin bahwa keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian
diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa
remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki
dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh temanteman dan lingkungan
sosial akan sangat menentukan.Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilanketerampilan
sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun
anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan
terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan
kekerasan, dan sejenisnya. Keadaan ini dinamakan prestasi diri yang negatif
atau gagal. Tentu sangat susah untuk membuat mereka berperan serta dalam
berbagai aktivitas yang berujung pada prestasi, atau memiliki prestasi diri
yang positif atau sukses.
Berdasarkan
kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat
mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan
diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan
aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.Hal ini penting sekali karena
seseorang yang punya potensi sekalipun tidak selamanya akan selalu sukses. Kadangkala
dia akan mengalami kegagalan. Tetapi menanamkan pengertian bahwa kegagalan
adalah sukses yang tertunda adalah penting sekali, sehingga dia akan terpacu
untuk mencoba lagi sampai berhasil. Anda tentu masih ingat ketika masih kecil
kita berkali-kali jatuh ketika belajar berjalan, tetapi kita selalu mencoba dan
mencoba lagi dan akhirnya kita berhasil. Apa jadinya jika kita tidak mau
mencoba lagi tentu kita tidak akan pernah bisa berjalan bukan? Nah mengapa
ketika Anda sudah bertambah usia ketangguhan kita menghadapi kegagalan semakin
berkurang?
Salah
satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja adalah memiliki keterampilan sosial (social skill)
untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan-keterampilan
sosial tersebut meliputi:
1.
Kemampuan berkomunikasi
2.
Menjalin hubungan dengan orang lain
3.
Menghargai diri sendiri dan orang lain
4.
Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain
5.
Memberi atau menerima feedback
6.
Memberi atau menerima kritik
7.
Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Apabila
keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa
sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal
sehingga dia akan dapat berprestasi. Hasil studi Davis dan Forsythe, dalam
kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial
(social skill) yaitu:
1.
Keluarga
2.
Lingkungan
3.
Kepribadian
4.
Rekreasi
5.
Pergaulan dengan lawan jenis
6.
Pendidikan/sekolah
7.
Persahabatan dan solidaritas kelompok
8.
Lapangan Kerja
Hubungannya
dengan prestasi diri maka seorang remaja dalam pengembangan aspek
psikososialnya, harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kondisi yang kondusif sehingga membuat tercapainya prestasi diri.
Di
bawah ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh bagi pengembangan aspek
psikososial remaja:
1.
Keluarga
Keluarga
merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan.
Jika seorang anak memperoleh kepuasan psikis dalam keluarga, maka akan sangat
menentukan bagaimana dia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang
dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak
tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak tersebut sulit
mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari :
•
kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
•
kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
•
kurang mampu berkomunikasi secara sehat
•
kurang mampu mandiri
•
kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
•
kurang mampu bekerjasama
•
kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk
menjaga agar keluarga tetap harmonis. Keharmonisan dalam hal ini tidaklah
selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak
kasus orangtua sendiri (single parent) terbukti dapat bersifat efektif dalam
membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan
oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga.
Suasana yang mendukung tercapainya prestasi diri.
2.
Lingkungan
Anak-anak
harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan sejak dini, meliputi lingkungan fi
sik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Selain itu lingkungan
juga meliputi lingkungan keluarga (batih/inti dan keluarga besar), lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak
dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas,
tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara (keluarga inti), atau kakek dan
nenek saja (keluarga besar). Dengan melaksanakan kegiatan sejenis anak akan
semakin bertambah wawasannya.
3.
Kepribadian
Secara
umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian
seseorang, namun sebenarnya tidak selalu demikian. Yang tampil tidak selalu
mengambarkan pribadi yang sebenarnya. Untuk itulah amat penting bagi remaja
untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang
yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung diremehkan. Untuk itu,
orangtua perlu memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan
martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fi sik seperti materi atau
penampilan. Akan tetapi dalam hal tertentu memang tetap harus memperhatikan
penampilan, karena sedikit banyak kepribadian seseorang memang kadang dapat
dilihat dari penampilan seseorang. Oleh karena orang yang berkepribadian baik
biasanya selalu menghargai penampilannya.
4.
Rekreasi
Rekreasi
merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi
seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga
terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.
Akhirnya akan muncul ide dan kreativitas baru.
5.
Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk
dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya
tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis
kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam
mengidentifikasi sex role behavior (peran perilaku jender) yang menjadi sangat
penting dalam persiapan berkeluarga maupun ketika sudah berkeluarga. Tentu saja
tetap harus memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
6.
Pendidikan
Pada
dasarnya sekolah meng-ajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu
keterampilan tersebut adalah keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan
dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan
jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar
keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan
dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.
7.
Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada
masa remaja peran kelompok dan temanteman amatlah besar. Tidak jarang mereka
lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan keluarganya. Hal
tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan
kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini
orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat
memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8.
Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk
membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan
untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) yaitu
potensi dirinya, agar mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi
secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikan diri dengan
kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya
untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui
kesalahannya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau
umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki
solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain
itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas
yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas
yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah
memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang
penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika. Masih banyak
cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri remaja. Andapun bebas memilih caracara yang tepat
sesuai dengan kebutuhan Anda seharihari. Satu hal yang harus selalu kita ingat
adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan keterampilan sosial
berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga
mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Pada akhirnya mereka sebagai
bagian dari generasi muda dapat berperan serta dalam berbagai aktivitas dan
berprestasi dengan baik sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.
Source: asefts63.word - Tatan
Sutrisna, S.Pd,. MM.Pd.
Promo www.Fanspoker.com :
ReplyDelete- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||